Selasa, 04 September 2012

IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Piaget



IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
                  
Pola pembelajaran matematika saat ini masih cenderung mekanistik, indoktrinasi, tes oriented dan teacher centered. Siswa SMP merupakan peralihan dari pendidikan dasar ke pendidikan menengah. Maka penting bagi guru untuk memahami teori belajar kognitif untuk dapat menciptakan pembelajaran yang tepat sasaran. Menurut beberapa ahli psikologi kognitif seperti Piaget, Bruner dan Ausubel teori belajar kognitif lebih terfokus untuk mengaitkan pengetahuan dalam struktur kognitif siswa dengan pengalaman baru. Implikasi teori belajar kognitif sudah tertuang dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses. Guru harus mampu mengeksplorasi kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dari kegiatan awal, inti sampai penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak menerima pengetahuan baru dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai teori Piaget. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan mendorong siswa dengan belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar siswa menjadi bermakna menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru harus benar-benar dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Pada kegiatan penutup, guru harus merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan stimulus berupa pemberian tugas untuk melihat bagaimana respon siswa. Apabila guru telah melaksanakan ketiga tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara terintegrasi maka guru telah melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian akan membuat siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan siswa akan merasa tidak terpaksa dalam belajar matematika.
Psikologi perkembangan kognitif peserta didik dalam pembelajaran sangat penting. Pendidik atau dalam hal ini guru harus mampu menyesuaikan perkembangan anak dengan penyelenggaran pendidikan. Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang terarah dan membuat siswa merasa tidak terpaksa dalam belajar. Untuk itu guru harus mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk dapat mengembangkan sisi kognitif siswa. Ini menunjukkan betapa pentingnya seorang guru memahami tentang psikologi belajar atau teori belajar kognitif dari para ahli.
Implikasi dari teori belajar kognitif dapat dilaksanakan guru pada kegiatan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang harus dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran sudah tertuang dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak menerima pengetahuan baru dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai teori Piaget. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan mendorong siswa dengan belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar siswa menjadi bermakna menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru harus benar-benar dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk dapat mengeksplorasi keaktifan siswa sehingga siswa mampu untuk berfikir secara abstrak. Dengan kata lain, siswa mudah dalam memahami konsep-konsep matematika, terutama konsep yang abstrak. Pada kegiatan penutup, guru harus merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu dan memberikan stimulus berupa pemberian tugas untuk melihat bagaimana respon siswa dalam mengerjakannya.
Apabila guru telah melaksanakan ketiga tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara terintegrasi maka guru telah melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian akan membuat siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna dan siswa akan merasa tidak terpaksa dalam belajar matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar