![]() |
Piaget |
IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Pola
pembelajaran matematika saat ini masih cenderung mekanistik, indoktrinasi, tes oriented dan teacher centered. Siswa SMP merupakan peralihan dari pendidikan dasar ke pendidikan
menengah. Maka penting bagi guru untuk memahami teori belajar kognitif untuk
dapat menciptakan pembelajaran yang tepat sasaran. Menurut beberapa ahli
psikologi kognitif seperti Piaget, Bruner dan Ausubel teori belajar kognitif
lebih terfokus
untuk mengaitkan pengetahuan dalam struktur kognitif siswa dengan pengalaman
baru. Implikasi teori belajar kognitif sudah tertuang
dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses. Guru harus mampu
mengeksplorasi kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dari
kegiatan awal, inti sampai penutup. Pada kegiatan pendahuluan,
guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak menerima pengetahuan baru
dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai teori Piaget. Sedangkan
pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan mendorong siswa dengan
belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar siswa menjadi bermakna
menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru harus benar-benar
dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Pada kegiatan penutup, guru harus
merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan stimulus berupa pemberian tugas
untuk melihat bagaimana respon siswa. Apabila guru telah melaksanakan ketiga
tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara terintegrasi maka guru telah
melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian akan membuat siswa merasa
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan siswa akan merasa tidak terpaksa
dalam belajar matematika.
Psikologi
perkembangan kognitif peserta didik dalam pembelajaran sangat penting. Pendidik
atau dalam hal ini guru harus mampu menyesuaikan perkembangan anak dengan
penyelenggaran pendidikan. Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang terarah dan membuat siswa merasa tidak
terpaksa dalam belajar. Untuk itu guru harus mengikutsertakan siswa secara
aktif dalam pembelajaran untuk dapat mengembangkan sisi kognitif siswa. Ini
menunjukkan betapa pentingnya seorang guru memahami tentang psikologi belajar
atau teori belajar kognitif dari para ahli.
Implikasi
dari teori belajar kognitif dapat dilaksanakan guru pada kegiatan di dalam
proses pembelajaran. Kegiatan yang harus dilaksanakan guru dalam proses
pembelajaran sudah tertuang dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar
proses yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada
kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak
menerima pengetahuan baru dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai
teori Piaget. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan
mendorong siswa dengan belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar
siswa menjadi bermakna menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru
harus benar-benar dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk dapat
mengeksplorasi keaktifan siswa sehingga siswa mampu untuk berfikir secara
abstrak. Dengan kata lain, siswa mudah dalam memahami konsep-konsep matematika,
terutama konsep yang abstrak. Pada kegiatan penutup, guru harus merefleksi
kegiatan pembelajaran pada hari itu dan memberikan stimulus berupa pemberian
tugas untuk melihat bagaimana respon siswa dalam mengerjakannya.
Apabila guru
telah melaksanakan ketiga tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara
terintegrasi maka guru telah melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian
akan membuat siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran akan menjadi bermakna dan siswa akan merasa tidak terpaksa dalam
belajar matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar