Rabu, 05 September 2012

Pembelajaran Matematika di Taman Kanak-Kanak (TK)



Murid-murid TK Gunung Kidul

Kompetensi awal pada jenjang Sekolah Dasar (SD) mempunyai kualifikasi cukup tinggi terutama dalam mata pelajaran matematika. Hal ini berimplikasi pada kompetensi yang harus dikuasai pada jenjang pendidikan dibawahnya yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Dengan demikian akan sering terjadi penyesuaian yang dilakukan oleh guru dalam hal bahan ajar, materi pelajaran, metode ajar dan alat evaluasi dengan harapan kompetensi yang dimiliki siswa semakin tinggi.
Pada jenjang pendidikan TK tidak disebutkan secara eksplisit adanya mata pelajaran matematika. Namun demikian matematika biasa disebut pelajaran berhitung. Dalam silabus TK untuk materi area berhitung hanya disebutkan tentang pengenalan bilangan sampai 10, membuat urutan bilangan dan pengelompokan gambar dengan ciri-ciri tertentu. Namun sekarang guru memberikan lebih dari yang seharusnya diberikan pada anak TK. Kenyataannya materi yang diajarkan guru sudah mencapai angka-angka dan bilangan di atas 10 bahkan telah mencapai tahap operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana. Operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana dapat disampaikan apabila masih menggunakan benda-benda atau gambar konkrit sehingga pembelajaran untuk anak tetap dalam situasi menyenangkan karena masa TK adalah masa bermain. Sehingga bahan ajar atau Lembar Kerja Siswa seharusnya masih dalam bentuk gambar-gambar. Tetapi pada kenyataannya, isi bahan ajar tersebut sudah berbentuk simbol-simbol dan operasi hitung. Hal ini kurang baik dengan perkembangan anak yang masih belum dapat diajak berpikir secara abstrak. Selain itu dalam pembelajaran guru seharusnya masih mengkondisikan belajar yang menyenangkan karena semua aktivitas belajar akan diterima dengan antusias oleh siswa asalkan mereka menikmati apa yang dilakukan. Dalam hal ini metode pembelajaran menjadi sangat penting. Guru harus membuat suasana belajar dalam situasi bermain yaitu misalnya dengan lagu atau permainan yang bersifat edukatif dan mengandung kompetensi yang akan dicapai.
Hal lain yaitu tentang alat evaluasi dimana harus dapat mengukur hasil proses belajar mengajar. Hasil dari evaluasi ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang telah diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebenarnya pada jenjang TK  sudah diatur di dalam model penilaian kelas. Namun aspek-aspek penilaian yang cukup komplek membuat guru kadang tidak sempat untuk melaksanakan setiap detail penilaian secara sempurna. Padahal alat evaluasi ini sebenarnya merupakan kunci ketercapaian dari seluruh rangkaian proses pembelajaran dan untuk mengetahui bagaimana perkembangan setiap individu siswa.

 1.     Pembelajaran di Taman kanak-kanak (TK)

Kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok individu untuk mencapai suatu pendewasaan atau peningkatan pengetahuan akan sesuatu. Sedangkan hasil yang dicapai setelah seseorang belajar adalah peribuhan perilaku yang dapat meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Menurut Masitoh ( 2004 : 16 ) pembelajaran bagi anak TK mempunyai kekhasan tersendiri. Kegiatan pembelajaran di TK mengutamakan bermain sambil belajar dan juga belajar sambil bermain. Anak TK cenderung  tidak membedakan bermain dan belajar asalkan hal yang dilakukannya sesuai dengan apa yang diharapkannya (Prasojo,2010:5). Dengan demikian secara otomatis bermain dapat menjadi motivasi bagi anak untuk dapat mengetahui sesuatu dan mengembangkan kemampuannya secara alamiah.
Bermain pada dasarnya lebih mementingkan proses daripada sebuah hasil. Menurut Froebel, bermain sebagai bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain kreatif dan menyenangkan. Dalam bermain anak diajak untuk dapat mengeksplorasi objek-objek dan pengalaman sehingga bermain dapat juga mengintegrasikan semua kemampuan anak. Maka anak dapat membangun pengetahuannya sendiri, hal ini menurut Piaget siswa akan mengalami proses asimilasi pada struktur kognitifnya tentang apa yang telah ada dan apa yang baru saja diterimanya secara alamiah.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan pembelajaran di TK merupakan proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Proses pembelajaran di TK lebih bersifat menyenangkan dan berorientasi bermain.
2.      Hakikat Pembelajaran Matematika di TK
Pembelajaran di TK merupakan proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, ketrampilan dan proses Matematika. Proses pembelajaran di TK lebih bersifat menyenangkan dan berorientasi bermain serta lebih mengutamakan proses daripada hasil.
Kegiatan matematika untuk anak usia dini merupakan suatu proses untuk mengembangkan kemampuan berpikir nalar dan mendorong siswa untuk mampu mengembangkan daya intelektualitas yang dimiliki untuk dapat menumbuhkan cara berpikir dan perilaku yang positif sedini mungkin.
a.    Prinsip-prinsip pembelajaran matematika di TK
1)        Prinsip Kurikulum Matematika di TK
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ruang lingkup kurikulum  TK meliputi aspek perkembangan sebagai berikut :
a)        Moral dan nilai-nilai agama
b)        Sosial, emosional dan kemandirian
c)        Kognitif
d)       Fisik/Motorik
e)        Seni
Pada area matematika siswa diajak mengenali konsep sederhana matematika seperti membilang, mengurutkan, membuat konsep permasalahan sehingga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2)        Prinsip Pembelajaran Matematika di TK
Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak, mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan. Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan.Proses pembelajaran berpusat pada anak.
3)        Prinsip Penilaian Pembelajaran di TK
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang mencakup:
a)    Teknik Penilaian
Pengamatan, penugasan, unjuk kerja, pencatatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua, dan dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak.
b)   Lingkup
Mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan peserta didik dan data tentang status kesehatan, pengasuhan, dan pendidikan.

b.   Standar pembelajaran Matematika di TK
1)      Standar Isi Pembelajaran Matematika di TK
Matematika di TK termasuk ke dalam pengembangan kemampuan dasar kognitif. Cakupan pembelajarannya sebagaimana tercantum dalam standar isi KTSP Depdiknas (2007) adalah mempersiapkan peserta didik secara akademik memasuki SD dan MI dengan menekankan pada penyiapan kemampuan berlogika melalui pra berhitung yang harus dilaksanakan secara hati-hati, tidak memaksa, dan menyenangkan sehingga anak menyukai belajar.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar tercantum dalam standar isi KTSP Depdiknas (2007). Standar kompetensi yang diharapkan dicapai adalah anak mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi dasar yang dharapkan dicapai oleh anak adalah anak mampu mengenal berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Standar Proses Pembelajaran Matematika di TK
Proses pembelajaran di TK lebih ditekankan pada kegiatan bermain. Program bermain bagi anak usia pra sekolah perlu dirancang secara teratur dan sistematis. Maka sebelum suatu kegiatan bermain dilaksanakan perlu disusun suatu bentuk perencanaan untuk dapat membantu pendidik dalam mengarahkan dan mengoptimalkan kegiatan bermain anak sehingga memperoleh hasil perkembangan yang optimal. Dengan perencanaan kegiatan bermain, pendidik dapat menyusun dan mengatur serta memperkirakan kemampuan dasar anak sebagai tujuan yang akan dicapai, bentuk dan langkah kegiatan bermain termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan metode, materi dan media permainan yang sesuai, serta bentuk dan kegiatan penilaian yang akan dilakukan, baik terhadap proses kegiatan bermain maupun terhadap perkembangan anak (Depdiknas, 2005).
 Perencanaan kegiatan bermain anak melewati beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a)         Pemilihan dan Penjabaran Tema
Pada pemilihan tema supaya pembelajaran lebih bermakna dilakukan melalui pembahasan tema. Untuk memilih tema, perlu memperhatikan lingkungan anak yang diambil mulai dari lingkungan terdekat anak. Tema dapat dipilih oleh guru disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak. Kemudian tema dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan bermain anak. Tema perlu dijabarkan ke dalam sub-sub tema agar pembahasan tidak terlalu luas.
b)         Memilih kegiatan-kegiatan bermain yang sesuai dengan tema yang terpilih
Kegiatan bermain yang dipilih disesuaikan dengan tema dan dilakukan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.
c)         Mempersiapkan lingkungan bermain yang sesuai dengan kegiatan bermain
Guru perlu membuat rencana persiapan penataan lingkungan bermain anak. Dengan penataan lingkungan main akan didapatkan tempat yang sesuai dengan kegiatan bermain yang dipilih serta anak akan mendapatkan kesempatan memilih permainan yang disukainya.
d)        Membuat administrasi kegiatan bermain
Dalam hal ini dikenal beberapa tahap yaitu perencanaan tahunan, perencanaan mingguan dan perencanaan harian

4)        Metode, Model dan macam-macam Strategi Pembelajaran di TK
Siswa TK masih mempunyai dunianya sendiri, hal ini membuat kadang mereka asyik melakukan kegiatannya sendiri saat pembelajaran berlangsung. Maka guru menjadi kunci untuk mengkondisikan pembelajaran agar siswa tetap merasa tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru. Ini menjadikan guru juga harus memilih suatu metode pembelajarn yang tepat untuk pembelajaran di TK. Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak TK, dimana pembelajarannya itu haruslah menantang dan menyenangkan, mengandung unsure bermain, bergerak, bernyanyi dan belajar. Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran di TK antara lain Circle time, Sistem kalender, show and Tell, small Project, big Team, Kunjungan, Permainan, Bercerita, bercakap-cakap, Tanya jawab, karya wisata, demonstrasi, sosiodrama dan bermain peran..

KELUARGA CEMARA


Orang-orang hebat yang telah membesarkanku dan membimbingku sejak kecil sampai sekarang...Selalu membahagiakanku sampai sekarang....Kedua Orang Tuaku...
Membahagiakan menjadi putri mereka...:))
Terima kasih Tuhan...Ijinkan aku dapat membahagiakan mereka..














Orang yang slalu satu kamar dan tempat tidur dan jadi teman curhatku dalam suka dan duka..Orangnya agak payah sih,bawel tapi baik..:D
Santai banget tapi ngalir..hebat pokoknya..;)

Adik cantik ku...

Music is part of my life..^^

Saya itu orang yang slalu kagum sama sosok yang menyanyikan lagu keren dengan greatest voice...melengking ampe ke sudut-sudut ruangan..
Standing alone with hundreds thousands audience in front..
Hebat pkoke...
Satu cita-cita saya,bernyanyi diiringi orkestranya Bung Addie Ms dan dikasih applause ga henti2 ama audience yang udah kayak kacang dipeyek.. :D
Check this out guys :::

Selasa, 04 September 2012

IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Piaget



IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
                  
Pola pembelajaran matematika saat ini masih cenderung mekanistik, indoktrinasi, tes oriented dan teacher centered. Siswa SMP merupakan peralihan dari pendidikan dasar ke pendidikan menengah. Maka penting bagi guru untuk memahami teori belajar kognitif untuk dapat menciptakan pembelajaran yang tepat sasaran. Menurut beberapa ahli psikologi kognitif seperti Piaget, Bruner dan Ausubel teori belajar kognitif lebih terfokus untuk mengaitkan pengetahuan dalam struktur kognitif siswa dengan pengalaman baru. Implikasi teori belajar kognitif sudah tertuang dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses. Guru harus mampu mengeksplorasi kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dari kegiatan awal, inti sampai penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak menerima pengetahuan baru dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai teori Piaget. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan mendorong siswa dengan belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar siswa menjadi bermakna menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru harus benar-benar dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Pada kegiatan penutup, guru harus merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan stimulus berupa pemberian tugas untuk melihat bagaimana respon siswa. Apabila guru telah melaksanakan ketiga tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara terintegrasi maka guru telah melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian akan membuat siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan siswa akan merasa tidak terpaksa dalam belajar matematika.
Psikologi perkembangan kognitif peserta didik dalam pembelajaran sangat penting. Pendidik atau dalam hal ini guru harus mampu menyesuaikan perkembangan anak dengan penyelenggaran pendidikan. Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang terarah dan membuat siswa merasa tidak terpaksa dalam belajar. Untuk itu guru harus mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk dapat mengembangkan sisi kognitif siswa. Ini menunjukkan betapa pentingnya seorang guru memahami tentang psikologi belajar atau teori belajar kognitif dari para ahli.
Implikasi dari teori belajar kognitif dapat dilaksanakan guru pada kegiatan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang harus dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran sudah tertuang dalam Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan apersepsi untuk menyiapkan anak menerima pengetahuan baru dan mengaturnya berdasarkan pengetahuan lama sesuai teori Piaget. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus membuat siswa aktif dan mendorong siswa dengan belajar penemuan di dalam pembelajaran supaya belajar siswa menjadi bermakna menurut teori Ausubel. Sehingga pada kegiatan inti, guru harus benar-benar dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk dapat mengeksplorasi keaktifan siswa sehingga siswa mampu untuk berfikir secara abstrak. Dengan kata lain, siswa mudah dalam memahami konsep-konsep matematika, terutama konsep yang abstrak. Pada kegiatan penutup, guru harus merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu dan memberikan stimulus berupa pemberian tugas untuk melihat bagaimana respon siswa dalam mengerjakannya.
Apabila guru telah melaksanakan ketiga tahap kegiatan pembelajaraan tersebut secara terintegrasi maka guru telah melibatkan aspek kognitif siswa. Dengan demikian akan membuat siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna dan siswa akan merasa tidak terpaksa dalam belajar matematika.